Teknologi Penyedotan Nira Cerdas Untuk Meningkatkan Efisiensi Petani Gula Aren
Pemanfaatan
teknologi otomatisasi dalam sektor pertanian dan perkebunan kini menjadi
perhatian penting dalam menjawab tantangan efisiensi dan produktivitas. Salah
satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi di Indonesia adalah nira,
yaitu cairan manis yang diambil dari batang tanaman seperti aren atau kelapa.
Proses pemanenan nira secara konvensional masih banyak dilakukan secara manual,
yang tidak hanya membutuhkan tenaga kerja terus-menerus, tetapi juga rentan
terhadap kehilangan volume nira akibat keterlambatan pengambilan atau limpahan
dari wadah penampungan.
Seiring
dengan perkembangan teknologi mikrokontroler, proses pemanenan ini dapat
ditingkatkan melalui sistem otomatis berbasis sensor. Praktikum Mikroprosesor
dan Mikrokontroler pada Modul 4 ini mengangkat permasalahan tersebut ke dalam
bentuk proyek sederhana yang mengintegrasikan beberapa sensor dengan sistem
kontrol otomatis. Dalam proyek ini, dirancang dan direalisasikan sistem
pemanenan nira otomatis yang memanfaatkan tiga sensor, yaitu sensor
level air, sensor suhu, dan sensor
ultrasonik yang dikendalikan melalui pemrograman
mikrokontroler.
Tujuan dari
pembuatan sistem ini tidak hanya untuk menyelesaikan tugas praktikum, tetapi
juga sebagai bentuk penerapan nyata dari pemrograman mikrokontroler dalam dunia
pertanian modern. Proyek ini juga memberikan pemahaman lebih dalam kepada
mahasiswa tentang bagaimana sistem tertanam (embedded system) dapat
diimplementasikan secara langsung dalam menyelesaikan persoalan kehidupan
sehari-hari, khususnya pada proses pemanenan nira yang lebih efisien, presisi,
dan berkelanjutan.
1. Memenuhi Tugas Besar Praktikum.
2. Mengimplementasikan Mikrokontroler dalam Sistem Otomatisasi
3. Meningkatkan Pemahaman Mahasiswa Terhadap Sensor dan Aktuator.
4. Meningkatkan Efisiensi dan Akurasi Pemanenan Nira
5. Melatih Keterampilan Desain Sistem dan Pemrograman
6. Menumbuhkan Inovasi Teknologi Tepat Guna
- Komponen
1. STM32F103C8T6
- Alat
2. Kabel Jumper
Ada
4 karakteristik yang perlu diperhatikan dalam pemilihan komponen ADC, antara
lain :
1)
Resolusi
Merupakan
spesifikasi terpenting untuk ADC, yaitu jumlah langkah dari sinyal skala penuh
yang dapat dibagi dan juga ukuran dari langkah_langkah, dinyatakan dalam jumlah
bit yang ada dalam satu kata (digital words), ukuran langkah terkecil sebagai
persen dari skala penuh atau dapat juga langkah terkecil dalam miliVolt (untuk
skala penuh yang dihasilkan).
2)
Akurasi
Adalah
jumlah dari semua kesalahan, misalnya kesalahan non linieritas, skala penuh,
skala nol, dan lain-lain. Dapat juga menyatakan perbedaan antara tegangan
masukan analog secara teoritis yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu kode
biner tertentu terhadap tegangan masukan nyata yang menghasilkan tegangan kode
biner tersebut.
3)
Waktu Konversi
Adalah
waktu yang dibutuhkan untuk mengubah setiap sampel ke bentuk digital, atau yang
diperlukan untuk menyelesaikan suatu konversi.
4)
Fungsi Transfer Ideal ADC
Fungsi transfer ideal untuk konverter
analog-ke-digital (ADC, analog-to-digital converter) berbentuk garis lurus.
Bentuk ideal garis lurus hanya dapat dicapai dengan konverter data beresolusi
tak-hingga. Karena tidak mungkin mendapatkan resolusi tak hingga, maka secara
praktis fungsi tranfer ideal tersebut berbentuk gelombang tangga seragam
seperti terlihat pada Gambar 1.5 Semakin tinggi resolusi ADC, semakin halus
gelombang tangga tersebut. ADC ideal secara unik dapat merepresentasikan
seluruh rentang masukan analog tertentu dengan sejumlah kode keluaran digital.
Pada gambar 1 ditunjukkan bahwa setiap kode digital merepresentasikan sebagian
dari rentang masukan analog total. Oleh karena skala analog bersifat kontinyu
sedangkan kode digital bersifat diskrit, maka ada proses kuantisasi yang
menimbulkan kekeliruan (galat). Apabila jumlah kode diskritnya (yang mewakili
rentang masukan analog) ditambah, maka lebar undak (step width) akan semakin
kecil dan fungsi transfer akan mendekati garis lurus ideal. Lebar satu undak
(step) didefinisikan sebagai 1 LSB (least significant bit) dan unit ini
digunakan sebagai unit rujukan untuk besaran-besaran lain dalam spesifikasi
peranti konversi data. Unit 1 LSB itu juga digunakan untuk mengukur resolusi
konverter karena ia juga menggambarkan jumlah bagian atau unit dalam rentang
analog penuh.
Pada platform seperti Raspberry Pi Pico yang sering diprogram menggunakan MicroPython, fungsi utime.ticks_ms() menyediakan fungsionalitas yang sepadan. Fungsi ini mengembalikan nilai penghitung milidetik yang bersifat monotonik (terus bertambah) sejak sistem dimulai atau modul utime dimuat. Sama seperti millis() dan HAL_GetTick(), nilai ticks_ms() juga akan mengalami wrap-around (kembali ke nol) setelah mencapai batasnya, sehingga penggunaan fungsi utime.ticks_diff() menjadi penting untuk perhitungan selisih waktu yang akurat dan aman terhadap overflow. Dengan demikian, utime.ticks_ms() memungkinkan implementasi pola penjadwalan dan delay non-blocking yang serupa untuk menciptakan aplikasi yang responsif di lingkungan MicroPython.
Jika dikonfigurasi sebagai master, maka pin MOSI berfungsi sebagai output. Sebaliknya, jika dikonfigurasi sebagai slave, maka pin MOSI berfungsi sebagai input.
• MISO (Master Input Slave Output)
Jalur ini digunakan oleh master untuk memilih slave yang akan dikomunikasikan. Pin SS/CS harus dalam keadaan aktif (umumnya logika rendah) agar komunikasi dengan slave dapat berlangsung.
STM32F103C8T6 adalah
mikrokontroler 32-bit yang berbasis pada arsitektur ARM Cortex-M3 dan termasuk
dalam keluarga STM32F1 series. Berikut adalah spesifikasi utamanya:
Fitur |
Spesifikasi |
Arsitektur CPU |
ARM Cortex-M3 (32-bit RISC) |
Frekuensi Clock Maksimum |
72 MHz |
Memori Flash |
64 KB |
SRAM (RAM) |
20 KB |
Jumlah GPIO (General I/O) |
Hingga 37 pin I/O |
Jumlah ADC (Analog to Digital) |
2 ADC 12-bit, hingga 10 kanal input |
DAC |
Tidak tersedia (perlu eksternal jika
diperlukan) |
Timer |
3 timer 16-bit + 1 timer 16-bit advanced
(PWM, dll) |
Komunikasi Serial |
USART (x3), SPI (x2), I2C (x2) |
USB |
Full Speed USB 2.0 (Device only) |
Watchdog Timer |
Independent dan window watchdog |
Operating Voltage |
2.0 V – 3.6 V |
Tegangan I/O |
3.3 V (toleran hingga 5V input pada
beberapa pin) |
Tegangan Referensi ADC (Vref) |
3.3 V |
Operating Temperature |
-40°C hingga +85°C |
Packaging |
LQFP-48 (48 pin) |
Bootloader Interface |
UART, USB (melalui DFU), atau SWD |
Ukuran Fisik Board Blue Pill |
Sekitar 5.3 cm x 2.2 cm |
-
Berfungsi menurunkan dan menstabilkan tegangan input (biasanya dari USB atau sumber 5V) menjadi 3.3V yang dibutuhkan oleh inti STM32F103C8T6.
-
Komponen ini umumnya bertipe AMS1117-3.3.
-
Sangat penting karena STM32F103 hanya toleran terhadap tegangan 3.3V, meskipun beberapa pin bersifat 5V-tolerant.
2. USB Mini Port / Micro USB Port
-
Digunakan sebagai antarmuka pemrograman (melalui USB to Serial/DFU bootloader).
-
Juga dapat digunakan untuk memberi catu daya ke board saat development/testing.
3. Crystal Oscillator (8 MHz dan 32.768 kHz)
-
Crystal 8 MHz: Digunakan sebagai sumber clock utama (HSE – High-Speed External).
-
Crystal 32.768 kHz: Digunakan untuk fungsi Real Time Clock (RTC).
-
Kristal ini meningkatkan akurasi waktu dan kestabilan frekuensi sistem.
4. LED Onboard (PC13)
-
Merupakan LED indikator bawaan pada pin PC13.
-
Digunakan untuk debugging sederhana, misalnya untuk menguji apakah program berhasil dijalankan.
5. Push Button Reset
-
Tombol ini digunakan untuk me-reset sistem.
-
Terhubung ke pin NRST, tombol ini mengembalikan sistem ke kondisi awal tanpa mematikan daya.
6. Push Button BOOT0
-
Digunakan untuk memilih mode boot:
-
BOOT0 = LOW → boot dari Flash (normal mode).
-
BOOT0 = HIGH → boot dari System Memory (mode pemrograman via USB/serial).
-
-
Sangat berguna saat ingin mem-flash program pertama kali ke chip.
7. Pin Header (Male/Female Pin)
-
Tersedia dalam 2 baris di sisi kiri dan kanan board.
-
Terdiri dari pin digital, analog (ADC), komunikasi (UART, I2C, SPI), serta pin VCC dan GND.
-
Ini adalah antarmuka utama untuk menghubungkan sensor, aktuator, dan modul eksternal lainnya.
8. IC USB to Serial (pada beberapa board, opsional)
-
Pada beberapa versi Blue Pill yang dimodifikasi, terdapat chip seperti CH340 atau CP2102 yang memungkinkan pemrograman langsung via USB.
-
Namun pada board standar, konversi USB ke serial dilakukan secara eksternal menggunakan USB-to-Serial converter.
9. Konektor SWD (Serial Wire Debug)
-
Digunakan untuk melakukan debugging atau pemrograman langsung melalui debugger eksternal (seperti ST-Link V2).
-
Pin penting di sini: SWCLK, SWDIO, GND, dan 3.3V.
4.8 Sensor Water Level
Dalam proyek ini digunakan
sensor water level berbasis tegangan analog yang menghasilkan sinyal output
proporsional terhadap tinggi air. Sensor ini bekerja dengan prinsip perubahan
konduktivitas atau resistansi antara dua atau lebih titik yang bersentuhan
dengan air. Semakin tinggi permukaan air, maka semakin besar tegangan yang
dihasilkan oleh sensor. Tegangan ini kemudian dibaca oleh mikrokontroler
melalui pin ADC (Analog to Digital Converter), seperti pada pin PA4 pada
STM32F103C8T6. Nilai ADC ini dapat dikonversi ke satuan ketinggian (cm) dengan
melakukan kalibrasi berdasarkan jangkauan maksimum sensor.
Sensor water level yang digunakan dalam proyek ini berperan penting dalam pengambilan keputusan logika sistem. Misalnya, ketika tinggi air di penampungan akhir telah mencapai ambang batas tertentu, mikrokontroler akan mengirimkan sinyal untuk mematikan relay, yang artinya menghentikan aliran air nira dari penampungan sementara. Penggunaan sensor ini meningkatkan efisiensi dan keamanan sistem pemanenan otomatis karena mengurangi risiko tumpahnya air atau kekurangan pasokan (Mazidi, Naimi, & Naimi, 2018). Dengan demikian, sensor water level menjadi elemen penting dalam membangun sistem kontrol cairan yang cerdas dan terintegrasi.
Grafik Respon
Spesifikasi Teknis Sensor Water Level Analog
Parameter |
Spesifikasi |
Jenis Sensor |
Sensor Water Level Analog (Linear Output) |
Prinsip
Kerja |
Resistansi/Konduktivitas berbasis
elektrolit |
Tegangan
Operasi |
3.3 V – 5 V DC |
Tegangan
Output |
0 V – 3.3 V (proposional terhadap tinggi
air) |
Jarak
Pengukuran Efektif |
0 – 100 cm (tergantung panjang
probe/sensor yang digunakan) |
Tipe
Output |
Analog Voltage |
Interface
ke Mikrokontroler |
ADC (Analog to Digital Converter) input |
Akurasi
Pengukuran |
±5% (tergantung kalibrasi dan kondisi
air) |
Bahan
Sensor |
PCB anti korosi, konduktor logam, atau
kawat stainless (tergantung tipe) |
Tahan
Air |
Tidak sepenuhnya waterproof (perlu
pelindung tambahan jika terendam penuh) |
Kondisi
Kerja |
0–60 °C, kelembapan 20%–95% RH |
Kelebihan |
Sederhana, murah, mudah diintegrasikan
dengan mikrokontroler |
Kekurangan |
Akurasi terbatas, sensitif terhadap
korosi dan kualitas air |
Digunakan untuk membaca sensor analog seperti suhu atau level air.
Pin |
Fungsi
ADC |
PA0 |
ADC Channel 0 |
PA1 |
ADC Channel 1 |
PA2 |
ADC Channel 2 |
PA3 |
ADC Channel 3 |
PA4 |
ADC Channel 4 |
PA5 |
ADC Channel 5 |
PA6 |
ADC Channel 6 |
PA7 |
ADC Channel 7 |
PB0 |
ADC Channel 8 |
PB1 |
ADC Channel 9 |
Pin Number | Pin Name | Description |
1 | Vcc | The Vcc pin powers the sensor, typically with +5V |
2 | Trigger | Trigger pin is an Input pin. This pin has to be kept high for 10us to initialize measurement by sending US wave. |
3 | Echo | Echo pin is an Output pin. This pin goes high for a period of time which will be equal to the time taken for the US wave to return back to the sensor. |
4 | Ground | This pin is connected to the Ground of the system. |
HC-SR04 Sensor Features
- Operating voltage: +5V
- Theoretical Measuring Distance: 2cm to 450cm
- Practical Measuring Distance: 2cm to 80cm
- Accuracy: 3mm
- Measuring angle covered: <15°
- Operating Current: <15mA
- Operating Frequency: 40Hz
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa bahwa sensor ultrasonik memiliki kinerja rendah dalam pengukuran pada jarak yang rendah. Kinerja sensor memiliki hasil yang akurat untuk pengukuran jarak jauh. Secara detail, cara kerja sensor ultrasonik adalah Sinyal dipancarkan oleh pemancar ultrasonik dengan frekuensi tertentu dan dengan durasi waktu tertentu. Sinyal tersebut berfrekuensi diatas 20kHz. Untuk mengukur jarak benda (sensor jarak), frekuensi yang umum digunakan adalah 40kHz. Sinyal yang dipancarkan akan merambat sebagai gelombang bunyi dengan kecepatan sekitar 340 m/s. Ketika menumbuk suatu benda, maka sinyal tersebut akan dipantulkan oleh benda tersebut. Setelah gelombang pantulan sampai di alat penerima, maka sinyal tersebut akan diproses untuk menghitung jarak benda tersebut. Jarak benda dihitung berdasarkan rumus:
Salah satu keunggulan utama dari DS18B20 adalah kemampuannya untuk bekerja dalam mode parasitic power, yaitu mengambil daya dari pin data tanpa memerlukan catu daya terpisah. Sensor ini juga mendukung multiple devices dalam satu jalur komunikasi (multi-drop), karena tiap sensor memiliki alamat 64-bit unik, sehingga sangat fleksibel dalam sistem monitoring suhu berskala besar atau berbasis IoT.
Dalam implementasi proyek otomasi seperti sistem pemanenan air nira, sensor DS18B20 digunakan untuk memantau suhu lingkungan secara real-time. Jika suhu melebihi ambang batas (misalnya 30°C), sistem dapat mengaktifkan buzzer atau aktuator lainnya untuk menjaga kualitas dan keamanan nira yang dipanen. Dengan respon yang stabil dan akurat, DS18B20 menjadi pilihan populer dalam berbagai aplikasi industri, rumah pintar, dan pertanian berbasis sensor.
DS18B20 tersedia dalam berbagai bentuk (TO-92, waterproof probe), namun konfigurasi pin dasarnya tetap sama, yaitu memiliki 3 pin utama:
Nomor Pin | Nama Pin | Fungsi |
---|---|---|
1 | GND | Ground, dihubungkan ke GND mikrokontroler |
2 | DQ | Data, jalur komunikasi 1-Wire (di-pull-up dengan resistor 4.7kΩ) |
3 | VDD | Catu daya (3.0V – 5.5V), atau di-ground-kan untuk mode parasit |
Spesifikasi Teknis Sensor DS18B20
Parameter Spesifikasi Jenis Sensor Sensor suhu digital berbasis protokol 1-Wire Rentang Pengukuran Suhu -55°C hingga +125°C Akurasi Pengukuran ±0.5°C (dalam rentang -10°C hingga +85°C) Resolusi Pengukuran 9-bit hingga 12-bit (default: 12-bit = 0.0625°C per LSB) Tegangan Operasi (VDD) 3.0V hingga 5.5V Tipe Output Digital (komunikasi data satu jalur – 1-Wire) Waktu Konversi Suhu Maksimal 750 ms (pada resolusi 12-bit) Mode Daya Normal dan parasitic power mode (tanpa VDD eksternal) Alamat Unik 64-bit ROM code unik untuk identifikasi di jaringan multi-sensor Konsumsi Arus <1 mA selama konversi suhu; <1 µA saat standby Bentuk Fisik TO-92 (mirip transistor), atau bentuk probe tahan air (waterproof) Kompatibilitas Mikrokontroler Kompatibel dengan Arduino, STM32, ESP32, Raspberry Pi, dan lainnya Komunikasi Maksimal Kabel Hingga 100 meter (tergantung kualitas kabel dan topologi jaringan)
Parameter | Spesifikasi |
---|---|
Jenis Sensor | Sensor suhu digital berbasis protokol 1-Wire |
Rentang Pengukuran Suhu | -55°C hingga +125°C |
Akurasi Pengukuran | ±0.5°C (dalam rentang -10°C hingga +85°C) |
Resolusi Pengukuran | 9-bit hingga 12-bit (default: 12-bit = 0.0625°C per LSB) |
Tegangan Operasi (VDD) | 3.0V hingga 5.5V |
Tipe Output | Digital (komunikasi data satu jalur – 1-Wire) |
Waktu Konversi Suhu | Maksimal 750 ms (pada resolusi 12-bit) |
Mode Daya | Normal dan parasitic power mode (tanpa VDD eksternal) |
Alamat Unik | 64-bit ROM code unik untuk identifikasi di jaringan multi-sensor |
Konsumsi Arus | <1 mA selama konversi suhu; <1 µA saat standby |
Bentuk Fisik | TO-92 (mirip transistor), atau bentuk probe tahan air (waterproof) |
Kompatibilitas Mikrokontroler | Kompatibel dengan Arduino, STM32, ESP32, Raspberry Pi, dan lainnya |
Komunikasi Maksimal Kabel | Hingga 100 meter (tergantung kualitas kabel dan topologi jaringan) |
Terdapat dua jenis utama solenoid valve berdasarkan kondisi default-nya:
-
Normally Closed (NC): jalur tertutup saat tidak dialiri listrik, dan terbuka saat koil aktif.
-
Normally Open (NO): jalur terbuka saat tidak dialiri listrik, dan tertutup saat koil aktif.
Dalam sistem otomatis seperti pemanenan air nira, solenoid valve biasanya digunakan untuk membuka dan menutup aliran cairan secara otomatis berdasarkan input dari sensor. Ketika sensor level air mendeteksi bahwa penampungan akhir belum penuh, mikrokontroler akan mengaktifkan solenoid valve sehingga cairan nira dapat mengalir dari tangki atas ke tangki bawah. Ketika sensor mendeteksi bahwa volume sudah mencukupi, mikrokontroler akan memutus aliran listrik ke solenoid valve, sehingga katup menutup secara otomatis.
Keunggulan utama dari solenoid valve adalah waktu respon yang cepat, desain kompak, dan kemudahan integrasi dengan sistem kontrol otomatis berbasis mikrokontroler seperti STM32. Solenoid valve yang digunakan dalam proyek ini biasanya beroperasi pada tegangan 12V DC atau 24V DC dan dikendalikan melalui relay yang diaktifkan oleh sinyal digital dari mikrokontroler (Mazidi, Naimi, & Naimi, 2018).
Spesifikasi Teknis Solenoid Valve 12V DC
Parameter | Spesifikasi Umum |
---|---|
Tipe | Normally Closed (NC) |
Tegangan Operasi | 12 Volt DC |
Daya Konsumsi | 3 – 5 Watt (tergantung model) |
Arus Kerja | ±250 – 420 mA |
Tekanan Kerja | 0.02 – 0.8 MPa (2 – 8 bar) |
Material Tubuh Valve | Plastik ABS, Nylon, atau kuningan (brass) |
Ukuran Inlet/Outlet | 1/2 inci (standard), tersedia juga ukuran 1/4", 3/4", dan 1" |
Cocok untuk | Air bersih, air minum, cairan tidak korosif |
Suhu Operasional | 0°C – 80°C |
Tipe Pengendalian | Elektromagnetik (via coil) |
Waktu Respon | < 1 detik |
Umur Pemakaian | ±100.000 siklus hidup (tergantung kondisi kerja) |
Berat | ±120–200 gram (tergantung bahan dan ukuran) |
Perlindungan | Beberapa model memiliki rating IP (misalnya IP54 untuk tahan percikan air ringan) |
Pin name | Pin type | Pin description |
GND | Power | Ground |
VCC | Power | Voltage Input |
SDA | I2C Data | Serial Data |
SCL | I2C Clock | Serial Clock |
A0 | Jumper | I2C Address Selection 1 |
A1 | Jumper | I2C Address Selection 2 |
A2 | Jumper | I2C Address Selection 3 |
Backlight | Jumper | Control Backlight of panel |
b. Kabel Jumper Male-to-Female (M-F): Kabel ini memiliki konektor male di satu ujung dan konektor female di ujung lainnya. Biasanya digunakan untuk menghubungkan pin header pada mikrokontroler atau modul dengan perangkat yang memiliki konektor male.
c. Kabel Jumper Female-to-Female (F-F): Kabel ini memiliki konektor female di kedua ujungnya. Umumnya digunakan untuk menghubungkan dua perangkat yang memiliki konektor male, seperti menghubungkan modul sensor dengan mikrokontroler
4.15 Beardbord
Breadboard terdiri dari lubang yang digunakan untuk menempatkan terminal komponen dan kemudian lubang ini dihubungkan satu sama lain menggunakan berbagai kabel/kawat. Dua baris pertama (atas) dan dua baris terakhir (bawah) papan breadboard digunakan untuk positif (satu baris pertama dan terakhir dua) dan untuk negatif (baris lain dari dua pertama dan terakhir). Pada gambar breadboar di atas, dua baris pertama (atas) dan terakhir (bawah) papan breadboard terdiri dari 5 lubang di setiap kolom (total 10 kolom) saling terhubung secara horizontal satu sama lain secara internal. Jika terminal sumber daya terhubung dalam satu lubang satu kolom di baris atas atau bawah (salah satu dari dua baris), maka daya listrik yang sama dapat diambil dari lima lubang berturut-turut di kolom yang sama.
5. Flowchart dan Listing Program[Kembali]
- Flowchart
- Listing Program
6. Rangkaian Simulasi dan Prinsip Kerja[Kembali]
- Prinsip Kerja
Berikut adalah alur kerja dari sistem berdasarkan kodingan:
-
Inisialisasi Komponen
Saat sistem dinyalakan, semua pin dikonfigurasi sesuai fungsinya (input/output), komunikasi serial dibuka, sensor suhu DS18B20 diinisialisasi, dan LCD menampilkan tulisan “Sistem Aktif”. Setelah 2 detik, layar dibersihkan untuk menampilkan pembacaan selanjutnya. -
Pembacaan Jarak dan Tinggi Air dari Sensor Ultrasonik
Sensor ultrasonik membaca jarak dari sensor ke permukaan air dengan memancarkan gelombang ultrasonik dan menghitung waktu pantulnya. Hasil ini digunakan untuk menentukan tinggi air dalam tangki penampungan sementara.-
Jika air berada dekat dengan sensor (≤ 10 cm), LED indikator akan menyala.
-
Jika jarak tidak valid (>50 cm atau tidak terdeteksi), sistem akan menganggap pembacaan error.
-
-
Kontrol Manual via Potensiometer
Potensiometer analog yang terhubung ke pin PA8 digunakan sebagai kontrol manual. Jika nilai ADC dari potensio lebih dari setengah skala (2048 dari 4095), maka pin TEST_PIN akan menyala (HIGH), yang bisa digunakan untuk menguji fungsi output. -
Pemantauan Suhu via Sensor DS18B20
Sensor suhu digital DS18B20 mengukur suhu lingkungan. Jika suhu melebihi 30°C, buzzer akan berbunyi berkedip (on-off delay 200 ms), menandakan kondisi suhu terlalu tinggi yang bisa memengaruhi kualitas air nira. -
Pengukuran Level Air via Sensor Water Level Analog
Sensor ini membaca tinggi air di penampungan akhir berdasarkan tegangan analog (dari 0–3.3V). Data ini dikonversi ke ketinggian (dalam persen atau cm). Jika ketinggian air sudah ≥ 30 cm, maka pin relay diaktifkan, membuka solenoid valve untuk menghentikan aliran nira dari tangki atas ke bawah. -
Tampilan LCD dan Debugging Serial
Semua data penting seperti suhu dan tinggi air ditampilkan secara real-time di LCD 16x2 menggunakan protokol I2C. Selain itu, data lengkap dikirim juga ke port Serial untuk proses debugging atau logging. -
Fungsi Tambahan:
-
Fungsi
bacaJarakUltrasonik()
mengabstraksi proses pembacaan sensor ultrasonik agar kode utama tetap rapi. -
Delay 500 ms digunakan sebagai waktu sampling antar pembacaan.
-
HTML download
Rangkaian Skematik download
Listing Program download
Video Simulasi Link
Library Sensor Ultrasonik download
Library I2C download
Datasheet Sensor Ultrasonik download
Datasheet Buzzer download
Datasheet Jumper download
Datasheet Sensor Water Level download
Datasheet Sensor Suhu ds18b20 download
Datasheet Relay 1 modul 12v download
Datasheet Selenoid Valve Nc12v download
Datasheet STM32F103C8T download
Datasheet LCD 16x2 download
Tidak ada komentar:
Posting Komentar